Jumat, 25 September 2009

Interest-Sensitive Management

Dalam teori manajemen perbankan, dikenal interest-sensitive management yang
merupakan upaya manajemen bank dalam melakukan mengkontrol terhadap perbedaan
komponen aktiva dan pasiva yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Terkait dengan
hal tersebut terdapat kalkulasi sederhana untuk menghitung gap antara aktiva dan pasiva
yakni dengan menghitung selisih. Jika bank mengalami positive aset-sensitive gap adalah
aktiva bank yang sensitif terhadap perubahan suku bunga lebih besar daripada pasivanya),
sedangkan negative negative-liabilities gap adalah kondisi sebaliknya.
Terdapat beberapa ukuran untuk melihat bank’s interest-sensitive antara lain: (i) Relative
IS GAP, dan (ii) Interest Sensitivity Ratio. Formula Relative IS = IS GAP / Aktiva
Perbankan, sedangkan formula interest sensitivity ratio adalah ISA/ISL. Dengan
menggunakan data yang telah dijelaskan sebelumnya maka nilai relative IS GAP adalah -
0,24, sedang nilai interest sensitivity ratio adalah 0,67. Kedua angka tersebut menyiratkan
bahwa perbankan mempunyai karateristik liabilities-sensitive bank. Karateristik
tersebut berimplikasi bahwa kenaikan suku bunga akan menyebabkan penurunan NIM
karena meningkatkan biaya bunga lebih tinggi daripada pendapatan bunga. Sebaliknya,
penurunan suku bunga akan berpeluang meningkatkan NIM dikarenakan biaya bunga
menjadi lebih rendah daripada pendapatan bunga. Sehingga dengan demikian, tendensi
penurunan suku bunga belakangan ini lebih menguntungkan

Rabu, 16 September 2009

OPEX

OPEX atau bisa disebut Operational Expenditure merupakan biaya operasional dari suatu perusahaan. Dalam perbankan OPEX menjadi perhatian serius dalam operasional, setidaknya pengeluaran tidak over dari anggaran yang diberikan, tetapi  dalam kenyataannya cost yang dikeluarkan selalu lebih besar dari anggaran yang dialokasikan.  Ada dua hal yang bisa diambil dari kenyataan tersebut  :

pertama, perencanaan dari alokasi anggaran kurang memperhitungkan realitas riil, yang meliputi nilai inflasi dari harga barang / jasa, perencanaan anggaran yang kurang matang, dan perkiraan kebutuhan operasional yang mendesak.

kedua, overnya suatu anggaran disebabkan self control management misalnya kontrol budgeting oleh level middle management terlalu rendah, sehingga tingkat kebocoran / penyalagunaan anggaran oleh downline menjadi tinggi.

Dari 2 hal tersebut, yang paling penting untuk win solution adalah penerapan sistem yang efektif dan efisien dalam penekanan OPEX dari suatu perusahaan. peningkatan OPEX harus diimbangi dengan peningkatan Bisnis / pendapatan yang riil . rasio BOPO harus benar2 diperhitungkan untuk meningkatkan value perusahaan. konsep bisnis ini yang akan meningkatkan kinerja yang luar biasa dari operasional perusahaan. mindset ini yang harus benar2 dipegang oleh pengambil kebijakan, mulai dari top management hingga level paling bawah sekalipun. 

Peringkat 100 Bank Syariah dengan Aset Terbesar

By Republika Newsroom

SINGAPURA - Asian Banker mengeluarkan laporan peringkat tahunan 100 bank terbesar dari sisi aset. Berdasar riset Asian Banker 100 bank syariah dengan aset terbesar ini memiliki porsi total aset 580 miliar dolar, atau meningkat 66 persen dari 2007 yang sebesar 350 miliar dolar AS.

Krisis ekonomi global di akhir 2008 menumbangkan banyak lembaga keuangan Barat, tetapi bank-bank syariah tetap tumbuh. “Popularitas keuangan Islam melonjak karena didukung oleh peraturan yang kuat dan pemahaman dunia internasional yang lebih baik tentang keuangan syariah dan dinamikanya,” kata CEO dan Presiden Asian Banker, Emmanuel Daniel dalam rilis yang diterima Republika, Jumat (28/7).

Di laporan peringkat Asian Banker disebutkan aset keuangan Islam sebagian besar terkonsentrasi di Iran, Kuwait, Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Namun secara keseluruhan industri perbankan syariah di seluruh dunia turut mendorong peningkatan aset industri global, terutama Al Rajhi Bank yang asetnya tumbuh 32,1 persen. Sementara bank-bank di Bahrain, Malaysia, Kuwait, Qatar, Suriah, dan Inggris juga mengalami pertumbuhan aset dua hingga tiga digit.

Daftar 100 bank syariah dengan aset terbesar ini sebagian besar masih didominasi bank-bank yang masuk dalam daftar tersebut tahun sebelumnya. Di peringkat pertama diduduki oleh Bank Melli Iran (BMI) dan tempat kedua Al Rajhi Bank. Walau aset Al Rajhi Bank tumbuh 32 persen, namun belum mampu melampaui BMI.

Bank-bank syariah di Iran masih merupakan pelaku terbesar di industri perbankan syariah dunia dengan menempatkan tujuh bank di 10 terbesar dan 12 bank dari 100 bank. Empat pasar perbankan syariah besar lainnya, yakni Uni Emirat Arab, Malaysia, Arab Saudi dan Kuwait masing-masing memiliki jumlah aset hampir sama satu sama lain. Total bank syariah di empat pasar tersebut memiliki porsi 40 persen dari daftar peringkat aset.

Walau dua bank syariah di Inggris cukup besar untuk masuk ke dalam daftar peringkat 100 bank syariah dengan aset terbesar, tetapi bank-bank syariah yang berkantor pusat di luar Timur Tengah, Asia dan Afrika Utara masih berkapasitas kecil dibanding pelaku perbankan di Timur Tengah yang telah menjadi pemain sejak lama. Hanya Malaysia dan Bangladesh yang mengalami pertumbuhan aset signifikan.

Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menempatkan dua bank di daftar tersebut, sementara Pakistan tiga bank dan Singapura serta Brunei masing-masing satu bank. Arab Saudi diwakili oleh tiga bank yang masuk dalam 35 besar. Dari segi jumlah bank, Sudan mengalami penurunan jumlah dengan menempatkan hanya tujuh bank, turun dari tahun sebelumnya yang sempat menempatkan 19 bank dalam daftar.

Di sisi lain Bank Islam Brunei Darussalam meluncur turun dari peringkat 34 ke 49. Sedangkan Investment Dar yang berasal dari Kuwait juga mengalami penurunan peringkat, walau asetnya tumbuh 20,9 persen. Peringkat Investment Dar turun dari 19 menjadi peringkat 30.

Sementara bank yang mengalami kenaikan signifikan dalam peringkat adalah Noor Islamic Bank yang duduk di peringkat 20 tahun ini. CIMB Islamic Bank juga naik 19 peringkat ke posisi 22 dengan pertumbuhan aset 107,5 persen. Peningkatan aset terjadi karena pertumbuhan perbankan konsumer, dimana aset pembiayaan tumbuh 130,2 persen dan dana pihak ketiga 82,3 persen. Bank berharap segmen ini dapat terus memberi kontribusi positif bagi bisnis bank. gie/ahi

Selasa, 15 September 2009

Penukaran Uang

Tidak dapat dipungkiri, bahwa penukaran uang baru dari tahun ke tahun menjelang Lebaran selalu  meningkat tajam,..alokasi uang baru dari Bank Indonesia kepada bank - bank, baik bank swasta maupun pemerintah tidak sesuai dengan jumlah permintaan yang selangit. orang rela mengantri di trotoar Bank Indonesia hanya untuk satu bundel uang baru. meskipun dengan berbagai syarat yang cukup 'aneh'. Bisnis musiman penjualan uang baru mulai merebak, harga yang ditawarkan pun sudah melampaui batas kewajaran, sejalan dengan jumlah permintaan, hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun minat masyarakat untuk menukarkan uangnya dengan uang yang lebih licin, dan rapi dengan ++ penambahan nominal. transaksi penukaran uang untuk kota Surabaya menembus 81 milyar per hari,..bayangkan laba yang didapat dari bisnis musiman tersebut.

Droping yang tidak sesuai permintaan membuat bank-bank harus berpikir ulang untuk melayani penukaran uang nasabah...hanya nasabah khusus yang bisa mendapatkan pelayanan ekstra tersebut.

bagaimana dengan pegawai bank,....idem dengan nasabah,

jatah pegawai hanya cukup untuk pegawai,...bagaimana dengan kerabat dan handai tolan yang ' menyerahkan amanah ' penukaran uang baru tersebut yang hanya karena bekerja di bank  dianggap bisa melayani penukaran tersebut...? hehehe, jawabannya hanya satu  Tidak bisa ...

Keys to be good CS

Kunci Menuju Great Customer Service 


Pelayanan kepada customer yang biasa disebut pelanggan, pembeli, nasabah atau klien, merupakan tanggung jawab bagi seluruh komponen perusahaan, tidak hanya bagi petugas front office atau call center saja. Customer adalah asset yang paling vital bagi perusahaan anda, tanpa mereka anda dan perusahaan anda tidak akan pernah eksis dalam bisnis. Apabila customer anda merasa puas, mereka tidak hanya menjadi pelanggan setia, tetapi juga akan merekomendasikan kepada teman dan kolega bisnisnya.

Ada beberapa hal penting yang dapat anda praktekkan untuk mengarahkan baik anda pribadi maupun perusahaan anda untuk menuju kepada pelayanan yang bagus atau great customer service.

Kunci Customer Service yang Baik

1. Menjadi Pendengar yang Baik. 
Bisnis anda adalah untuk melayani customer anda, memenuhi kebutuhan mereka, sehingga anda hanya dapat melayani dengan baik apabila anda mengetahui apa kebutuhan mereka. Untuk mengetahuinya, anda harus mendengarkan dengan baik customer anda. Ambil waktu untuk mengidentifikasikan kebutuhan customer dengan cara melemparkan beberapa pertanyaan penting dan dengarkan dengan seksama jawaban mereka. Perhatikan kalimat demi kalimat, intonasi, body language dan gabhkan perasaan atau ekspresi mereka yang dapat anda tangkap. Jangan terburu-buru membuat asumsi atau menyimpulkan pembicaraan mereka. 

2. Identifikasi Kebutuhan Customer.
Terkadang kita terjebak bahwa customer hanya sebatas orang atau institusi pembeli produk dan layanan perusahaan kita saja. Sebenarnya lebih dari itu, seseorang melakukan pembelian baik barang maupun jasa, karena apa yang dibeli itu akan memberikan solusi bagi permasalahan yang dialami. Contoh sederhana seorang ibu membeli obat pembasmi nyamuk lebih dikarenakan kebutuhan akan kesehatan dan keselamatan anaknya dari gigitan nyamuk yang berbahaya. Beberapa customer bahkan tidak hanya membutuhkan solusi tapi juga kebutuhan emotional yang terkadang kurang rasional. Semakin anda mampu mengenali customer anda, semakin mudah anda mengenali atau mengantisipasi kebutuhan-kebutuhannya. Berkomunikasilah dengan customer secara periodic agar anda dengan cepat dapat menangkap apa yang menjadi masalah atau kebutuhan customer. 

3. Buatlah Customer Merasa Dihargai
Perlakukan nasabah dengan baik dan sopan, hargai sebagai seorang pribadi yang penting bagi anda. Sambut dengan ramah dan sebutkan namanya pada saat berkomunikasi, cari cara untuk menunjukkan bagaimana anda menghargai si customer tersebut tetapi tetap dengan sikap hati yang tulus. Hal ini akan membantu terbentuk suasana yang nyaman dan mempermudah anda untuk mengarahkan kepada pembicaraan mengenai bisnis anda. Perlu diperhatikan bahwa “penghargaan” adalah hal yang sangat sensitive bagi seseorang, begitu merasa tidak dihargai, akan sangat mudah meninggalkan anda bahkan dengan “berita buruk” yang akan disampaikan kepada banyak orang. 
Jangan lupa ucapkan terimakasih dengan tulus setiap kali ada masukan dari customer atau hal-hal lain yang membuka kesempatan bagi anda untuk bisa mengatakan terimaksih kepada customer. Satu hal lagi yang penting, perlu ditunjang dengan sikap body language yang mendukung. Tubuh agak membungkuk ketika memberi salam, kepala mengangguk-angguk dan mata tertuju kepada customer ketika mereka berbicara, dsb.

4. Bantu Customer Memahami Sistem yang Digunakan Perusahaan
Barangkali organisasi perusahaan anda telah mengadopsi sistem yang paling canggih di dunia, tetapi apabila customer anda tidak memahaminya, mereka akan menjadi bingung dan bahkan bisa memancing komplain. Kuasai sistem yang ada dalam perusahaan anda, baik produksi, pengadaan barang, cara pembayaran maupun sistem komunikasi kepada customer. Jelaskan dengan sabar kepada customer sampai paham benar dan merasa bahwa sistem memang dirancang untuk membantu memudahkan mereka menerima produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

5. Tepat Janji
Appreciate the power of "Yes". Utamakan kebutuhan customer dan selalu tepati janji kepada customer. Apabila anda telah menyanggupi permintaan customer dan berani mengatakan ”ya”, penuhilah janji anda ini at any cost. Lakukan apa yang telah anda katakan, maka customer akan percaya kepada anda. 

6. Berani Meminta Maaf. 
Ketika terjadi kesalahan yang pasti akan merugikan customer, mintalah maaf dengan tulus. Hal ini harus dibiasakan dan harus menjadi habit bagi perusahaan anda. Sekalipun dampaknya anda akan kena marah dari customer, tetap harus dilakukan. Permintaan maaf akan menurunkan emosi customer dan mereka merasa dihargai sehingga aakhirnya akan menghargai anda juga. Apabila customer komplain, mintalah maaf dan segera berikan solusi. Hargai masukannya meskipun disampaikan dengan kemarahan, dan minta kesempatan untuk memperbaiki kembali. 

7. Berikan Lebih dari yang Diharapkan
Inilah yang disebut service excellence. Selama perusahaan memperhatikan kebutuhan customer dan selalu memikirkan bagaimana membuat mereka merasa happy, maka perusahaan anda meuju pada tingkat yang lebih tinggi dan kesempatan yang lebih besar untuk memenangkan persaingan.

Pikirkanlah hal-hal seperti:
- Apa yang dapat anda berikan kepada customer yang tidak dapat dia peroleh dari perusahaan lain?
- Apa yang bisa dilakukan kepada calon customer yang datang tetapi belum terjadi pembelian atau transaksi ?
- Apa yang dapat anda berikan kepada customer yang benar-benar di luar ekspektasi mereka?

8. Mintalah Feedback. 
Hargailah setiap bentuk feedback dari customer sekalipun bentuknya adalah komplain atau kemarahan. Masukan-masukan dari customer akan membantu anda dan perusahaan anda melakukan improvement yang ujungnya akan meningkatkan kepuasan customer. Beberapa cara yang bisa dilakukan :
- Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan customer
- Teliti kembali secara regular apa yang sudah dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah terjadi.
- Buatlah sistem agar secara konsisten anda mendapat masukan dari customer, apakah memalui contact center, formulir kepuasan pelanggan, survey dll.

Selain delapan kunci di atas ada satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan yaitu hargailah pegawai anda. Bagaimanapun juga pegawai atau atasan atau rekan kerja adalah internal customer anda. Mereka juga perlu dihargai dan dipuaskan kebutuhannya. Berikan penghargaan melalui ucapan terimakasih, pujian, atau hal-hal lain yang dapat mengekspresikan perhatian anda kepada mereka. Kepedulian terhadap customer maupun pegawai internal sama-sama penting. Selamat mempraktekkan dan menikmati keberhasilan.

Customer Service RS vs Bank

Drama pertarungan antara seorang konsumen bernama Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit Omni Internasional sejatinya berawal dari kegagalan melakoni proses pelayanan pelanggan yang elok nan kredibel. Manajemen Rs. Omni, saya kira, telah dengan sangat sempurna mempersembahkan bagaimana cara mencederai dan mencabik-cabik sebuah konsep penting bernama excellent customer service.

Dan sungguh itu merupakan sebuah kelalaian manajerial yang teramat fatal, dan mesti dibayar dengan harga yang amat mahal. Serangkaian riset empirik memang menunjukkan, seorang pelanggan yang kecewa dengan amat mudah bisa menyebar kekecewaan mereka kepada puluhan temannya. Dan kini dalam era maya yang serba terhubung, narasi tentang kekecewaan pelayanan itu bisa dengan cepat menyebar ke segenap penjuru angin. 

Manajemen RS Omni, dan juga produsen lain di tanah air yang acap memperlakukan seorang pelanggan seperti seorang pesakitan, mesti harus segera belajar : pelayanan pelanggan yang amburadul pada akhirnya hanya akan membuat reputasi mereka terpelanting. Dan dalam kasus RS Omni, reputasi itu telah menjelma menjadi serpihan yang hancur berkeping-keping.

Lalu, apa yang sebaiknya diingat manakala sebuah perusahaan ingin membentangkan proses pelayanan pelanggan yang ekselen? Disini, barangkali kita bisa merujuk pada lima elemen vital tentang customer service yang pernah dirumuskan oleh Parasuraman, Berry dan Zeithaml. Lima elemen ini sekarang telah menjadi rujukan bagi para pengelola pelayanan pelanggan di seluruh dunia untuk membentangkan proses excellent service yang sempurna. Mari kita mengeksplorasinya secara ringkas disini.

Elemen customer service yang pertama adalah : reliability. Atau sejenis kapabilitas untuk memberikan apa yang dijanjikan – dengan andal dan tepat serta akurat. Memberikan slogan yang berbunyi “kami adalah rumah sakit dengan reputasi internasional”, namun ternyata gagal melakukan proses diagnosa kesehatan secara akurat tentu mengindikasikan pemberian layanan yang tidak reliabel atau tidak andal.

Diskrepansi atau kesenjangan antara yang dijanjikan dengan kenyataan merupakan elemen pertama yang dengan segera akan membuat pelanggan kecewa. Sebab itulah, jangan pernah memberikan janji-janji kosong yang tidak reliabel. Kecuali jika Anda ingin menjadi politisi.

Elemen customer service yang kedua adalah assurance. Atau kemampuan untuk memberikan sesuatu yang dapat dipercaya dan terjamin keandalannya. Kalau kita sakit, kita datang ke dokter atau rumah sakit dengan harapan sang dokter bisa melakukan diagnosa yang tepat dan kemudian memberikan resep yang menyembuhkan.

Bayangkan, apa yang kita rasakan sebagai pelanggan jika ternyata rumah sakit itu gagal memberikan diagnosa yang akurat dan gonta ganti memberikan obat, tanpa pernah kita tahu obat itu untuk apa. Kalau seperti ini, tentu rumah sakit itu sebaiknya diganti saja dengan nama RS Dukun Tradisional, bukan rumah sakit bertaraf internasional.

Elemen customer service yang ketiga adalah tangible. Atau aspek yang berkaitan dengan fasilitas fisik/peralatan serta penampilan personal dari penyedia layanan. Sebagai pelanggan kita akan senang jika kita datang ke bank dengan ruang tunggu yang nyaman dan sejuk. Atau juga datang ke lobby rumah sakit yang ndak jauh berbeda dengan lobby hotel bintang lima.

Elemen pelayanan pelanggan yang keempat adalah empati. Atau tingkat kepedulian dan perhatian (care) yang diberikan oleh produsen kepada pelanggan. Dalam kasus RS Omni, elemen ini benar-benar disembunyikan di balik kolong ruang mayat. Kita melihat disana empati itu telah mati suri. Yang muncul adalah arogansi yang mencabik-cabik seorang pelanggan yang mestinya berhak mendapatkan layanan yang sempurna.

Sebuah perusahaan bisnis – apapun jenis usahanya — yang tidak lagi memiliki empati kepada para pelanggannya barangkali lebih layak berubah menjadi museum. Atau monster yang harus segera punah.

Elemen customer service yang terakhir adalah responsive. Atau kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat serta responsif. Keluhan yang datang dari pelanggan semestinya direspon dengan cepat dan tepat sasaran. Bukannya malah dihadapi dengan muka yang manyun dan mata yang melotot. Sebab pelayanan semacam ini hanya akan membuat sang pelanggan benar-benar terluka.

Demikianlah lima elemen yang mesti dirajut untuk membangun customer service yang ekselen. Kalau saja manajemen RS Omni mau dan mampu menerapkan kelima elemen diatas dengan optimal, semestinya reputasi mereka tak harus jatuh berkeping-keping.

Bagaimana dengan perbankan.......?

Customer service merupakan sebuah experience yang terpatri pada pelanggan, dan menentukan apakah mereka akan loyal atau tidak terhadap suatu produk/jasa. Pada sector jasa seperti perbankan, customer service adalah salah satu sumber utama dari trust, yang menjadikan nasabah percaya pada suatu bank dan tetap loyal. 

Hanya saja, masalahnya, terdapat beberapa masalah customer service yang dialami perbankan dan perlu diperbaiki. Menurut analisa yang dilakukan oleh A.T. Kearney terhadap customer service di perbankan negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC), terdapat empat focus utama yang perlu menjadi perhatian, diantaranya:

SDM yang Kurang Kompeten
Seiring dengan perkembangan, perbankan juga mempunyai berbagai produk finansial. Seringkali pelanggan merupakan orang awam yang tidak mengetahui mengenai produk finansial yang tepat bagi mereka, dan mereka mengandalkan penasihat keuangan di bank untuk memilih produk yang tepat. Hanya saja, sangat disayangkan kadang karyawan bank tidak mempunyai financial skill yang cukup untuk memberikan edukasi kepada pelanggan. 

Kurang Transparan
Seperti yang sudah kita ketahui, bank seringkali punya biaya-biaya yang terjadi tiap kali kita melakukan transaksi. Hanya saja, kadang ada biaya tersembunyi yang bisa merusak keseluruhan customer experience dan mengakibatkan pelanggan kecewa. Misalnya, yang seringkali terjadi adalah pelanggan tidak memperoleh informasi bahwa mereka akan dikenakan biaya tertentu jika saldonya di bawah minimum. 

Kurang Responsif
Salah satu masalah yang paling sering terjadi adalah bank yang kurang responsif terhadap permintaan atau janji terhadap nasabah. Misalnya nasabah meminta penggantian terhadap kartu kreditnya yang hilang, dan bank menjanjikan ganti dalam beberapa hari, namun ternyata follow-up-nya terlambat. 

Kurangnya MultiChannel Offering
Menurut A.T. Kearney, salah satu faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah penawaran multichannel. Meskipun bank punya beberapa channel alternatif dalam melakukan transaksi, seringkali kualitas pelayanannya di bawah ekspektasi. Misalnya, tidak semua transaksi atau produk didukung oleh call center maupun online banking. 

Dengan memperbaiki beberapa customer service tersebut, maka diharapkan customer service perbankan menjadi makin sempurna. Melalui customer service yang sempurna, tentunya akan menjadikan hubungan antara bank dan nasabah semakin baik. Jalinan hubungan yang baik merupakan fondasi dari trust atau kepercayaan. Sehingga, intinya customer service yang memuaskan merupakan kunci dari trust dan loyalitas pelanggan.

4 faktor tersebut tidak mutlak merupakan masalah yang ada pada tiap perbankan, hanya saja itu adalah masalah yang umum terjadi, dan merupakan dasar. Setiap bank perlu untuk mengidentifikasi masalah apa saja yang terjadi pada customer service mereka, dan pelayanan apa yang dapat mereka tingkatkan kepada nasabah. Sehingga, perbankan selalu dapat memberikan customer service yang terbaik dan dapat menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi.

Teller

Tugas2 teller :
1. Menerima setoran dari nasabah (baik tunai maupun non tunai), kemudian melakukan posting di sistem komputer bank.
2. Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah yang bertransaksi tunai di counter bank, dan melakukan posting di sistem komputer bank.
3. Menjadi gerbang awal pengamanan bank dalam mencegah peredaran uang dan warkat (cek/bilyet giro) palsu.
4. Menjalankan fungsi tag on dalam cross selling produk2 perbankan.
5. Bertanggungjawab terhadap kesesuaian antara jumlah kas di sistem dengan kas di terminalnya.

Sikap Teller yang baik (berdasarkan standar layanan bank yang berlaku secara umum):
1. Ramah, memberi greeting (selamat pagi/siang/sore, mengucapkan terima kasih), memberi senyum, menjaga penampilan berbusana sesuai standar bank (baju rapi, mengenakan ID card, dsb.)
2. Profesional : ketelitian dalam menghitung uang, mengkonfirmasikan jumlah uang kepada nasabah, melakukan perhitungan uang di depan nasabah.

Beda Cek dan BG :
1. Cek dapat diuangkan, sedangkan BG hanya dapat dipindahbukukan, atau dimanfaatkan sebagai sarana transfer kliring.
2. Selain memiliki tanggal penerbitan, BG juga memiliki tanggal efektif, dimana pada tanggal efektif itulah BG baru dapat dimanfaatkan untuk transaksi. Cek hanya memiliki tanggal penerbitan.

Ciri2 uang palsu (yang umum):
1. Tidak memiliki tanda air (di mata uang rupiah berupa gambar pahlawan yang baru terlihat apabila diterawangkan)
2. Tidak memiliki benang pengaman.
3. Apabila ditampatkan di bawah sinar UV, maka akan dipantulkan (uang asli akan menyerap sinar UV sehingga warna sinarnya tidak terlihat).
4. Tidak memiliki cetak timbul (intaglio), yang terasa saat uang kertas diraba.
5. Pencetakan nomor seri uang yang tidak sempurna.

Seiring dengan semakin canggihnya teknologi pemalsuan uang, maka semakin banyak pengamanan yang dilakukan agar peredaran uang semakin aman.

Perbankan Indonesia

Kesulitan yang menimpa perekonomian Indonesia, terutama sejak terjadinya krisis
1997 yang masih berlangsung hingga tahun ini, mungkin tidak perlu terjadi apabila
antara lain dunia usaha secara sungguh-sungguh melaksanakan prinsip-prinsip
manajemen keuangan perusahaan yang sehat yakni dengan antara lain
menyeimbangkan struktur permodalan sedemikian rupa sehingga keperluan
jangka pendek benar-benar dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan jangka
pendek, sedangkan keperluan jangka penjang dibiayai dari sumber pembiayaan
jangka panjang. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan struktur permodalan
adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal
sendiri dari suatu perusahaan. Perbaikan struktur permodalan dunia usaha
merupakan keharusan untuk meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya
saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam terutama
dalam era globalisasi3. Upaya-upaya perbaikan dapat dilakukan salah satunya
dengan memperhatikan aspek-aspek good corporate governance, yang studi dan
risetnya makin banyak dilakukan oleh berbagai institusi baik dalam lingkungan
nasional maupun internasional. Globalisasi yang ditandai dengan adanya
perapatan dunia (compression of the world) telah mengubah peta perekonomian,
politik, dan budaya. Pergerakan barang dan jasa terjadi semakin cepat. Modal darisuatu negara beralih ke negara lain dalam hitungan detik akibat pemanfaatan teknologi informasi. Sejalan dengan itu, kegiatan perbankan sebagai urat nadi perekonomian bangsa tidak luput dari dampak globalisasi.

Dalam menjalankan fungsi intermediary, perbankan menjadi pelaku ekonomi yang berperanmemudahkan lalu lintas dana melalui jasa transfer via media elektronik.

Salah satu permasalahan hukum dalam jasa perbankan adalah belum adanya peraturan yang
memberikan rambu-rambu bagi kegiatan transfer dana elektronik ini, seperti dasar
hukum transfer dana, status kepemilikan dana transfer, perlindungan hukum bagi
pengirim dan penerima dana transfer dalam hal terjadi kesalahan yang ditimbulkan
oleh pihak bank, kedudukan pemilik dana dalam hal ini bank dilikuidasi atau pailit.
Permasalah-permasalahan di atas memerlukan aturan agar memberikan
kepastian hukum bagi pengguna jasa perbankan.
Aspek-aspek hukum lain di dalam bidang keuangan dan perbankan juga banyak
mewarnai problematika di bidang ekonomi dan hukum, misalnya penyimpangan
BLBI, prudential principles yang dihadapkan dengan penurunan fungsi
intermediasi perbankan, munculnya fenomena fee-based income dalam praktik
perbankan, dan berbagai persoalan ekonomi-hukum lainnya, yang kesemuanya itu
perlu memperoleh perhatian kita bersama. Penerapan prinsip kehati-hatian
(prudential banking principles) dalam seluruh kegiatan perbakan merupakan salah
satu cara untuk menciptakan perbankan yang sehat, yang pada gilirannya akan
berdampak positif terhadap perekonomian secara makro. Implementasi prinsip ini
harus menyeluruh, tidak hanya menyangkut masalah pemberian kredit, tetapi
dimulai saat bank tersebut didirikan, penentuan manajemen yang memenuhi uji
kecukupan dan kelayakan (fit and proper test) yang tidak bersifat seremonial.
Ketentuan Bank Indonesia yang mewajibkan fit proper test bagi pengurus bank
masih memiliki banyak kelemahan, seperti masih dimungkinkannya pengurus yang
tidak lulus tes untuk tetap bertahan walaupun harus bertanggungjawab secara
pribadi.
Disamping itu, dalam memberikan kemudahan akses kepada para nasabahnya,
maka penggunaan mesin-mesin ATM, debit card dan credit card berpotensi untuk
merugikan nasabah melalui pembobolan rekening, kerusakan mesin, dan
kesalahan-kesalahan teknis lainnya yang belum tersentuh oleh rambu-rambu
hukum. Kewajiban bank untuk menyediakan mesin-mesin yang layak dan aman
seharusnya mengacu pada standart tertentu, yang secara berkala seharusnya
ditera/dikalibrasi ulang. Selama ini belum ada keseragaman mengenai standar
mesin yang layak untuk dioperasikan. Kasus-kasus yang menunjukkan bahwa
kerugian nasabah yang disebabkan tidak layaknya mesin yang digunakan sudah
cukup banyak mendorong dibuatnya standarisasi setiap teknologi yang digunakan.
Tanpa menafikkan keberadaan lembaga peradilan, praktik perbankan memerlukan
penyelesaian kasus-kasus perbankan yang ditangani secara professional,
menjamin stabilitas perekonomian dan kepercayaan masyarakat dan perbankan.
Kasus-kasus perbankan yang ditangani secara bertele-tele, publikasi yang gencar
dan peradilan yang tidak independen, akan meruntuhkan reputasi perbankan.
Oleh karena itu, perlu adanya gagasan untuk menciptakan mekanisme
penyelesaian yang efesien, efektif dan tetap menjaga reputasi perbankan4.
Hal penting lainnya adalah berkaitan dengan Lembaga Penjamin Simpanan.
Sebagai mana di amanatkan oleh UU Perbankan, pembentukan Lembaga
Penjamin Simpanan harus sesegera mungkin diwujudkan menyusul akan
dihapuskannya kewajiban pemerintah sebagai penjamin dan berakhirnya tugas
BPPN. Aspek hukum yang perlu diperhatikan adalah mengenai status Lembaga
Penjamin Simpanan, perolehan dana jaminan dan pemanfaatan dana jaminan,
yang harus dituangkan dalam peraturan yang jelas. Selain itu, berkaitan dengan
berakhirnya tugas BPPN, perlu adanya lembaga sementara yang bertugas
4 Bandingkan dengan lembaga pasar modal yang sudah memiliki BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal
Indonesia).
menyelesaikan seluruh kewajiban BPPN, terutama transaksi-transaksi yang sudah
dilakukan, dan bahkan kemungkinan tuntutan hukum, apabila dalam pengelolaan
aset, BPPN telah melakukan kesalahan atau perbuatan melawan hukum.
Dalam upaya untuk mengcover banyaknya masalah dalam praktik keuangan dan
perbankan nasional tentu bukan hal yang mudah untuk dibahas dalam sebuah
paparan singkat, maka pada hubungan itulah paper ini akan berupaya membahas
lebih lanjut esensi dari berbagai permasalahan yang telah dianalisir dimuka
melalui pembahasan beberapa aspek hukum sektor keuangan dan perbankan,
yang dalam pembahasannya akan mengacu pada beberapa permasalahan utama
yang berkaitan dengan masalah sistem hukum, penerapan good corporate
governance dalam sistem keuangan dan perbankan nasional, dan juga peran
hukum dalam mengakomodasi berbagai fenomena yang terjadi dalam bidang
keuangan dan perbankan.